MAKALAH
“KAJIAN
PRODUK SUSU EKONOMIKA MIKRO”
DI
SUSUN OLEH:
NAMA: MOHAMAD ALDI JULIANDI
NPM: 0217103025
KELAS: REGULAR A-B1
FAKULTAS
BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS
WIDYATAMA
TAHUN
2017
DAFTAR ISI
5.1. kesimpulan
5.2. saran
5.3. Daftar
isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Susu merupakan salah satu bahan makanan sumber hewani
yang sangat penting bagi manusia dengan kandungan gizi tinggi dan lengkap. Susu
segar yang dihasilkan dari sapi perah memiliki kandungan protein, lemak,
vitamin, dan mineral dalam perbandingan seimbang, sehingga susu disebut sebagai
makanan yang sempurna. Produk susu murni sangat berkaitan dengan peternakan
sapi perah dan kegiatan proses produksinya.
Di beberapa bangsa, terutama
bangsa er, meminum susu telah menjadi kebiasaan yang
lumrah dilakukan setiap sarapan. Susu terus diproduksi dengan cara
mendirikan peternakan sapi perah. Pada zaman ini, susu tidak hanya diminum,
melainkan diubah bentuknya menjadi margarin, yogurt bahkan es krim. Susu pun
terus dikembangkan seiring dengan kemajuan zaman. Di Eropa, industri susu
sangat maju dalam hal teknologi dan kualitas susu itu sendiri. Susu-susu yang
diproduksi di Eropa, rata-rata mengandung kandungan gizi yang tinggi. Ini
sangat baik bagi kesehatan dan pertumbuhan kita. Hal ini yang menyebabkan,
tinggi rata-rata orang Eropa jauh dari tinggi rata-rata orang Asia
susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur
produktif, susu membantu pertumbuhan. Sementara itu, untuk orang lanjut usia,
susu membantu menopang tulang agar tidak keropos. Susu secara alami mengandung nutrisi penting, seperti bermacam-macam vitamin protein kalsium, magnesium fosfordan zinc ,
pendapat lain menambahkan bahwa susu mengandung mineral
dan lemak. Oleh karena itu, setiap orang dianjurkan
minum susu.
Usaha peternakan merupakan salah satu sub-sektor ekonomi
yang sejak awal Pelita I, tahun 1969 telah banyak memberikan sumbangan secara
signifikan bagi pembangunan nasional. Peternakan sapi perah yang menghasilkan
susu segar saat ini sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Kebijaksanaan
pemerintah diarahkan untuk membangun dan membina usaha peternakan agar mampu
meningkatkan produksi dengan mutu yang baik dan harga dapat terjangkau seluruh
lapisan masyarakat, serta dapat memperbaiki kesejahteraan peternak.
BAB II
DESKRIPSI PRODUK
2.I Konsumen susu
Konsumen dari produk susu ini
dapat dikonsumsi oleh semua umur/ kalangan dengan berbagai jenis jenis dari
produk susu itu sendiri, terkecuali untuk susu formula di preruntukan oleh
bayi/ anak dengan batas umur tertentu. susu ini sendiri termasuk Convenience
products.
Convenience products Merupakan
produk yang sering dibeli atau produk yang memiliki frekuensi pembelian yang
sering dan relative memiliki harga yang murah. Produk ini pun dibutuhkan dalam
waktu yang cepat, selain itu untuk memperolehnya konsumen hanya memerlukan
usaha yang sedikit atau minimum dalam pembandingan dan pembeliannya (mudah
diperoleh) banyak tersedia di warung atau supermarket.
2.2 Produsen susu
Susu yang sering kita konsumsi atau
yang sering kita lihat dalam kemasan kaleng maupun sachet, adalah susu yang di
hasilkan oleh sapi perah yang banyak di ternakkan oleh peternak sapi di
Indonesia. Sapi perah bukanlah satu-satunya hewan ternak yang dapat
menghasilkan susu, akan tetapi susu sapi adalah satu-satunya susu yang paling
banyak di konsumsi di negara kita ini.
Meskipun sapi perah yang paling
banyak di pelihara oleh peternak sapi Indonesia adalah sapi jenis peranakan Friesian Holstein (PFH), yaitu
persilangan sapi jenis Friesian
Holstein dengan sapi lokal. Hampir semua sapi perah yang ada di
Indonesia adalah sapi impor, Indonesia tidak mempunyai sapi perah asli.
Sehingga untuk mendapatkan sapi
perah yang sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia di lakukan perkawinan
antara sapi perah impor dengan sapi lokal.
Friesian
Holstein (PFH)
Sekarang
banyak susu yang dikemas dalam bentuk yang unik. Tujuan dari ini agar orang
tertarik untuk membeli dan minum susu. Ada juga susu yang berbentuk fermentasi.
Produk susu
merupakan produk peternakan susuberupa makanan dan minuman baik susu sapi maupun susu kerbau. . Berdasarkan kandungan lemak yang
terdapat di dalamnya, produk susu dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu
·
susu murni (whole milk),
·
susu kurang lemak (reduced fat milk),
·
susu rendah lemak (low fat milk),
·
susu bebas lemak (free-fat Milk) atau susu skim
(skim milk).
Susu murni harus mengandung
sekurang-kurangnya 3,25% dari lemak susu dan 8,25% padatan susu bukan lemak
(protein, karbohidrat, vitamin larut air, dan mineral). Penambahan vitamin A
dan D pada susu ini bersifat fakultatif.
Susu kurang lemak banyak dipilih
orang orang-orang yang ingin mengurangi konsumsi lemak di dalam susu. Sesuai
dengan namanya, kadar lemak pada susu ini telah dikurangi hingga tersisa 2%.
Untuk konsumen yang menginginkan konsumsi lemak lebih sedikit lagi,
diciptakanlah susu rendah lemak. Kadar lemak pada susu ini telah dikurangi
hingga tersisa 1%
Pada susu skim, kadar lemaknya
dikurangi hingga hampir tidak ada sama sekali (0,1%), namun residu dari lemak
susunya boleh tersisa hingga maksimum 0,5%.[1]
Karena vitamin A dan D yang larut dalam lemak ikut hilang pada proses
penghilangan lemak, pada susu kurang lemak, susu rendah lemak, dan susu skim
umumnya ditambahkan kedua vitamin tersebut.
Susu murni yang dipanaskan selama
beberapa waktu akan terubah menjadi evaporated
milk. Susu ini terbentuk melalui pemanasan susu dengan menggunakan pompa
vakum untuk menghilangkan kira-kira 60% kadar airnya. Selain penghilangan air,
dalam pembuatan evaporated milk
ini juga dilakukan penambahan vitamin D serta standardisasi nutrisi.
Selanjutnya susu ini akan dipanaskan pada suhu 115,5-118,5 °C selama 15
menit untuk sterilisasi. Hasilnya, evaporated
milk akan berstruktur lebih pekat dibandingkan susu murni, dan
mengandung kira-kira 25% padatan susu bukan lemak.
2.3 Segmentasi pasar susu
Untuk
dapat mempertahankan dan mengembangkan produk kita harus menerapkan kebijakan bisnis dan
strategi pemasaran yang tepat antara lain dengan mengetahui apa saja kekuatan
produk ini . Berdasarkan pendapat konsumen penelitian ini bertujuan untuk dapat
menjelaskan daya tarik produk berdasarkan variabel produk yaitu rasa, harga,
kemasan, kemudahan untuk memperoleh produk, promosi dan citra rasa. Selanjutnya
juga untuk dapat menjelaskan pengelompokkan variabel daya tarik produk bagi
konsumen berdasarkan wilayah geografis konsumen serta berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi konsumen.
Teori yang digunakan adalah prosedur
segmentasi pasar dengan identifikasi segmen pasar melalui tiga tahap yaitu
survey, analisis dan pembentukan profile (Kotler, 2002).Penelitian ini
bertujuan untuk dapat menjelaskan apakah variabel produk yaitu rasa, harga,
kemasan, kemudahan untuk memperoleh, promosi dan citra rasa merupakan daya
tarik, Bagi konsumen. Selain itu ingin diketahui pula bagaimana pengelompokkan
variabel daya tarik produk bagi konsumen berdasarkan wilayah geografis konsumen
serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap daya tarik
produk.
2.4 Elasitas produk susu
Beberapa
ahli menyatakan bahwa rata-rata konsumsi susu di Indonesia hanya sekitar 7-8 liter
perkapita pertahun atau jauh lebih rendahdibandingkan denganMalaysia dan Thailand,yang
konsumsi susu penduduknya masing-masing sudah mencapai 25 liter perkapita pertahun.
Rendahnya konsumsi susu diIndonesia mungkin disebabkan oleh
beberapafaktor,diantaranya adalahadanya kesalahpahaman pada sebagian masyarakat
yang menilai susu merupakan makananyang mewah dan mahal DalamSlogan empat sehat
lima sempurna, susu juga ditempatkan pada urutan kelima, sebagai makanan pelengkap.Akibatnya,masyarakat
merasa bahwa meminum susu bukanlah prioritas,sehingga boleh diabaikan.Masyarakat
lebih memprioritaskan mengkonsumsi makananyang mengenyangkan dan lebih murah,
dan sebagian masyarakat juga menilai bahwa minum susu dapat menyebabkan kegemukan,sehingga
harus dihindari.Hal lain yang juga dapat menyebabkan rendahnya konsumsi susu
diIndonesia adalah karena sebagian masyarakat, terutatna yangberpenghasilan menengah
kebawah,
berpen-dapat bahwa susu hanya perlu
diberikan pada anak berusia dibawah lima tahun (Balita).Padahal susu memiliki kandungan
nutrisi lengkap yang sangat dibutuhkan dan dapat
diserap oleh tubuh manusia pada
segala usia. Nutrisi yang terdapat dalam susu tidak dapat digantikan secara
sempurna oleh makananlain. profil konsumsi susu diIndonesia menunjukkan bahwa
konsumsi susu cair hanya memberikan kontribusi yang kecil dibanding-kan dengan susu
bubuk
Upaya
meningkatkan konsumsi susu bagi Penduduk Indonesia dihadapkan dengan dilemma rendahnya
produksi susu, yang saat ini diperkirakan hanya sanggup memenuhi sekitar 30 persen
kebutuhan susu di dalam negeri, sedangkan 70 persen nya lagi harus diimpor Tanpa
melakukan promosi apapun, secara Natural konsumsi susu didalam negeri diperkirakan
meningkat sekitar 10 Persen pertahun, akibat pertumbuhan penduduk dan kenaikan
pendapatan perkapita .Padahal produksi susu selama periode 2000-2007 Hanya bertambah
sekitar 2,50 persen pertahun, atau dengan kata lain terdapat kekurangan sebesar
7,5 persen pertahun .Oleh karena itu, jika pemerintah tidak melakukan upaya yang
serius untuk meningkatkan produksi susu, maka bisa dipastikan impor susu akan
meningkat sebesar 7,5 Persen pertahun.Pengeluaran rumahtangga, Yang merupakan proksi
terhadap pendapatan,mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi
susu bubuk, susu bubuk bayi dan susu kental manis . Sedangkan untuk konsumsi
susu murni dan susu cair pabrik, walaupun pengaruhnya juga positif tetapi tidak
significant.Elastisitas Pengeluaran rumah-tangga untuk konsumsi susu bubuk
sebesar 0,382, Yang berarti jika pengeluaran rumahtangga meningkat satu persen,
maka konsumsi susu bubuk akan bertambah sebesar 0,382 Persen .Elastisitas
Pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi susu bubuk bayi dan susu kental manis,
masing-masing adalah 0,421 dan 0,151
BAB III
3.1 Struktur Pasar
Pasar
mempunyai struktur pasar yang akan mengubah tingkah laku dan knerja pasar.
Berdasarkan Perbedaan Jumlah Penjual dan Pembeli, akan terbentuk berbagai macam
struktur pasar, yaitu :
1. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna yaitu pasar yang mempunyai 5 syarat utama yaitu sebagai berikut :
Pasar persaingan sempurna yaitu pasar yang mempunyai 5 syarat utama yaitu sebagai berikut :
- Yang pertama Jumlah Penjual dan Pembeli Banyak.
- Barang dan Jasa yang diperjual belikan mempunyai sifat homogen. yaitu Barang dan Jasa antara satu penjual dengan yang lainnya sama, tidak ada yang membedakan nya. Contohnya : Sayuran, Ikan, dll.
- Penjual dan Pembeli Bebas Keluar Masuk Pasar. Yang artinya setiap orang mempunyai hak untuk menjadi penjual atau pembeli pada suatu pasar ini.
- Dalam Informasi Pasar yang Bersifat Sempurna. Yang artinya sebuah Pedagang mengerti karakteristik barang/jasa yang dijual, dan pembeli dapat mengetahui keadaan dan kualitas barang yang akan dibeli. Oleh sebab itu informasinya yang bersifat sempurna, yang sehingga pedagang maupun pembeli tidak akan tertipu.
- Harga nya Terbentuk Di pasar. Yang artinya harga sudah ditentukan dari hasi interaksi penjual dengan pembeli yang berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran yang sehingga mencapai suatu harga kesepakatan.
2. Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Pasar
Persaingan tidak sempurna yaitu suatu pasar yang terbentuk jika tidak memenuhi
salah satu atau beberapa syarat ada dalam Pasar Persaingan Sempurna. Pasar
Persaingan Tidak Sempurna terbagi lagi menjadi beberapa pasar yang mempunyai
ciri tersendiri, yaitu :
- Pasar Monopoli,
yaitu sebuah pasar yang dikuasai oleh satu orang penjual.
Dalam Pasar monopoli ini kekuasaan tertinggi dipegang oleh penjual tersebut
karena keadaan suatu pasar bisa langsung berubah hanya karena suatu tindakan
dari penjual tersebut. Ciri-ciri pasar monopoli adalah
A.
Dalam
pasar monopoli hanya terdapat satu penjual?produsen
B.
Barang
yang di perjualbelikan tidak ada pengantinya / non subsidi yang sama
C.
Adanya
hambatan / rintangan bagi prusahaan baru yang ingin masuk ke dalamm pasar
monopoli
D.
Pelaku
pasar monopoli bisa menentukan harga sesuai dengan keingginanya
E.
Sifat
monopoli menyebabkan perusahaan tidak memerlukan promosi atau iklan dalam
memasarkan produk
- Pasar Oligopoli,
yaitu suatu pasar yang dikuasai oleh beberapa perusahaan
dengan hasil produksi barang/jasa yang sejenis. Yang artinya dalam Pasar
Oligopoli ini persaingan untuk barang/jasa tersebut hanya terjadi pada beberapa
pada perusahaan tadi. Pasar ini bersaing dengan mengunggulkan produk
masing-masing. Persaingan bisa dilakukan dari segi kualitas produk maupun harga
produk. Ciri-ciri pasar oligopoly adalah
A.
Adanya
penerapan efesiensi sekala besar.
B.
Adanya
kompotensi manajemen yang lebih kompleks.
C.
Saling
ketergantugan antar perusahaan
D.
Tidak
mudah masuk ke dalam pasar
- Pasar Persaingan Monopolistik,
yaitu suatu pasar yang berada antara pasar monopoli dengan
pasar persaingan. Jenis pasar ini tidak memenuhi persyaratan dari barang/jasa
yang homogen yang sehingga tidak menjadi pasar persaingan sempurna. Persaingan
dalam pasar ini terjadi antara beberapa penjual dan beberapa pembeli untuk
barang yang sejenis. Ciri-ciri pasar monopolistik adalah
A.
Terdapat
banyak produsen
B.
Barang
/ produk yang di perjual bilikan sama (homogen)
tetapi dengan berbagai macam variasi
- Pasar Monopsoni
yaitu suatu pasar yang hanya terdiri dari satu pembeli
(tunggal) dan terdiri atas banyaknya penjual. Dalam pasar ini sih Pembeli
memunyai peran lebih dominan. Karena keuntungannya ialah suatu kualitas barang
bagus, harga terjangkau, sedangkan dalam keburukannya yaitu produk yang
dianggap tidak bagus oleh pembeli sering menjadi penyebab terjadinya kerugian
pada produsen.Contohnya : peternak sapi yang hanya bisa menjual
hasil susu sapi ke koperasi susu. Ciri-ciri pasar monopsoni adalah
A.
Hanya terdapat satu pembeli
B.
Harga sesuai dengan keinginan pembeli
C.
Produk yang diperjual belikan barang mentah
- Pasar Oligopsoni,
yaitu suatu pasar yang terdiri atas beberapa orang pembeli
(Lebih dari 2) dan banyak penjual (produsen). Dalam jenis pasar ini konsumen
lebih dominan, yang sehingga harga sangat dipengaruhi oleh penawaran atau
permintaanya. Contohnya : Pasar Kopi, atau tembakau. Ciri-ciri
pasar oligoposoni adalah
A.
dapat
beberapa pembeli.
B.
Produk
yang diperjual belikan merupakan bahan mentah.
BAB IV
4.1 Struktur Pasar Susu Segar Dalam
Negeri Indonesia
Peta perdagangan internasional menyebutkan bahwa Indonesia merupakan net consumer
Sampai saat ini industri pengolahan susu nasional masih sangat bergantung pada impor bahan baku. Apabila kondisi tersebut tidak dibenahi dengan membangun sebuah sistem agribisnis berbasis peternakan yang baik, maka Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor hasil ternak khususnya susu sapi. Permasalahan yang dihadapi oleh usaha ternak sapi perah, tidak
hanya akibat ketidakmampuan usahaternak untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Setidaknya menurut Ilham dan Swastika 2001 konsumsi susu segar masyarakat masih terbatas, sehingga pemasaran susu segar tergantung pada IPS. Penentuan harga yang dilakukan sepihak oleh IPS. Diperkirakan sekitar 88-91 persen produksi susu usahaternak sapi perah rakyat dipasarkan ke IPS. Harga jual susu tersebut ditentukan berdasarkan syarat teknis atau kualitas susu yang dicerminkan oleh kandungan total solid susu 11-12.5 persen. Fakta dilapangan menyebutkan hal tersebut dilakukan dengan mengukur Berat Jenis BJ, kandungan lemak susu, dan kandungan bakteri dibawah satu juta. Mekanisme penentuan harga dilakukan secara sepihak IPS. Peternak hanya menerima harga yang telah ditentukan oleh IPS, berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas. Bahkan koperasi primer maupun GKSI tidak mempunyai kekuatan dalam menentukan harga susu, karena keberadaannya hanya bersifat sebagai perantara yang memperoleh fee untuk tiap liter susu yang di pasarkan ke IPS. Saat ini IPS hanya akan membeli bila harga SSDN lebih murah dari bahan baku impor. Bila terjadi sebaliknya, dengan dicabutnya sistem rasio, diduga IPS akan lebih memilih untuk menggunakan bahan baku asal impor. Hingga saat ini belum ada upaya IPS menjalin kemitraan agar produksi SSDN dapat bersaing
dengan produk impor. Hal ini disebabkan masih ada keterkaitan antara IPS sebagai usaha multinasional dengan industri persusuan di masing-masing negara investor produsen
Kondisi tersebut menyebabkan struktur pasar
susu segar dalam negeri cenderung mengarah ke oligopsoni.
Hal ini dibuktikan bahwa jumlah persahaan yang
tergabung dalam IPS terdapat 12
perusahaan. Adapun keduabelas perusahaan tersebut adalah: PT. Nestle
Indonesia, PT. Foremost Indonesia, PT. Friesche Vlag Indonesia, PT. Indomlik,
PT. Ultra Jaya, PT. Dafa, PT. Sari Husada, PT. Nutricia Indonesia, PT. Pantja
Niaga, Ltd, PT. Sugizindo, PT. Mirota, dan PT. Indolakto Direktorat Jenderal
Peternakan, 2009. Perusahaan-perusahaan tersebut bergabung dalam IPS, dimana
fungsi IPS melakukan kordinasi dalam hal penentuan jumlah susu yang akan dibeli
dan penentuan harga berdasarkan tingkat kualitas. Fenomena ini mengindikasikan
adanya potensi anti persaingan berupa abuse of dominant position dari IPS sekaligus potensi praktek monopsoni yang tidak sehat, Siregar, 2009. Walaupun pada dasarnya peternak bergabung dalam koperasi dan GKSI Gabungan Koperasi Susu Indonesia, namun koperasi belum mampu meningkatkan posisi tawar dan mengimbangi IPS. Beberapa alasan yang menyebabkan rendahnya posisi tawar peternak dan koperasi adalah: pertama, terbukanya pasar susu impor yang memberikan alternatif bahan baku susu bagi IPS, sehingga dengan tidak adanya kewajiban untuk membeli susu bagi peternak, IPS akan semakin leluasa untuk memanfaatkan bahan baku impor. Kedua, karakterisktik susu yang merupakan produk agribisnis memiliki ciri perishable, yakni produk yang relatif cepat rusak bila tidak ditangani diolah lebih lanjut. Ketiadaan unit pengolahaan susu yang memadai yang dimiliki oleh koperasi dan tidak terdapatnya pasar alternatif selain IPS menyebabkan peternak atau koperasi harus menjual susunya kepada IPS. Ketiga, rendahnya pengetahuan dan pemahaman peternak untuk meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan, agar memperoleh harga yang lebih tinggi berdasarkan yang disyaratkan oleh IPS, terutama dalam proses perawatan sapi perah dan alat yang digunakan. Keterbatasan modal menjadi alasan bagi peternak untuk tetap menggunakan alat-alat sederhana, seperti ember bekas, milk cain tempat penampungan susu yang sudah rusak dan tidak memiliki tutup. Perbaikan sistem budidaya menurut pendapat peternak akan menimbulkan tambahan biaya bagi usaha ternak.
adanya potensi anti persaingan berupa abuse of dominant position dari IPS sekaligus potensi praktek monopsoni yang tidak sehat, Siregar, 2009. Walaupun pada dasarnya peternak bergabung dalam koperasi dan GKSI Gabungan Koperasi Susu Indonesia, namun koperasi belum mampu meningkatkan posisi tawar dan mengimbangi IPS. Beberapa alasan yang menyebabkan rendahnya posisi tawar peternak dan koperasi adalah: pertama, terbukanya pasar susu impor yang memberikan alternatif bahan baku susu bagi IPS, sehingga dengan tidak adanya kewajiban untuk membeli susu bagi peternak, IPS akan semakin leluasa untuk memanfaatkan bahan baku impor. Kedua, karakterisktik susu yang merupakan produk agribisnis memiliki ciri perishable, yakni produk yang relatif cepat rusak bila tidak ditangani diolah lebih lanjut. Ketiadaan unit pengolahaan susu yang memadai yang dimiliki oleh koperasi dan tidak terdapatnya pasar alternatif selain IPS menyebabkan peternak atau koperasi harus menjual susunya kepada IPS. Ketiga, rendahnya pengetahuan dan pemahaman peternak untuk meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan, agar memperoleh harga yang lebih tinggi berdasarkan yang disyaratkan oleh IPS, terutama dalam proses perawatan sapi perah dan alat yang digunakan. Keterbatasan modal menjadi alasan bagi peternak untuk tetap menggunakan alat-alat sederhana, seperti ember bekas, milk cain tempat penampungan susu yang sudah rusak dan tidak memiliki tutup. Perbaikan sistem budidaya menurut pendapat peternak akan menimbulkan tambahan biaya bagi usaha ternak.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Agar
pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka
masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus
dilaksanakan sejak saat ini, yaitu dengan meningkatkan produksi dan konsumsi
susu nasional.
5.2 Saran
Adapun kebijakan dalam upaya substitusi impor susu
yang dapat diambil untuk mencapai kondisi tersebut antara lain sebagai berikut.
- Pertama, Pemerintah perlu memberikan dukungan nyata untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil ternak (susu) kepada para peternak. Dayasaing susu yang dihasilkan peternak hanya akan dapat ditingkatkan apabila produktivitas dan kualitas tersebut ditingkatkan. Untuk itu, penelitian dan pengembangan khususnya mengenai teknis dan manajemen produksi perlu ditingkatkan. Gerakan nasional seyogianya diikuti dengan aktivitas nyata berupa bantuan antara lain dalam bentuk pelatihan dan penyuluhan budidaya sapi perah yang baik, mendorong tersedianya bibit sapi unggul, kemudahan untuk pemanfaatan lahan, akses dan ketersediaan modal, serta pengembangan beragam industri pengolahan susu sehingga harga di tingkat peternak menjadi relatif lebih stabil.
- Kedua, perlu dibentuk wadah kemitraan yang jujur dan memperhatikan kepentingan bersama antara peternak, koperasi susu dan industri pengolahan susu sehingga pengembangan agribisnis berbasis peternakan dapat berjalan dengan baik. Semua pihak yang terkait haruslah saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Ini dapat diwujudkan melalui sistem contract farming, dimana terdapat keterpaduan dari berbagai unsur baik peternak, koperasi, industri/pemodal maupun pemerintah.
- Ketiga, koperasi susu perlu didorong dan difasilitasi agar dapat melakukan pengolahan sederhana susu segar, antara lain yakni pasteurisasi dan pengemasan susu segar, pengolahan menjadi yogurt, keju dsb. Hal ini disertai dengan program promosi secara luas kepada masyarakat (national campaign), terutama anak-anak, tentang manfaat mengkonsumsi susu segar dan produk-produk olahannya. Pendirian pabrik pengolahan susu yang dimiliki gerakan koperasi juga perlu didorong. Langkah ini diperlukan untuk mengantisipasi makin menguat dan relatif stabilnya nilai kurs rupiah terhadap US dolar, yang dapat mengakibatkan industri pengolahan susu kembali mengimpor sebagian besar dari bahan baku susunya dari luar negeri.
- Keempat, Pemerintah Pusat maupun Daerah seyogianya mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampu memperkuat posisi tawar peternak sapi perah khususnya dan pengembangan agribisnis berbasis peternakan umumnya. Ini antara lain dapat dilakukan dengan menghapuskan retribusi yang menyebabkan ongkos produksi bertambah mahal, menghapuskan pajak pertambahan nilai bila pengolahan masih dilakukan oleh peternak, serta pemberlakuan tarif bea masuk terhadap susu impor untuk melindungi produksi dalam negeri.
DAFTAR ISI
·
Badan Organisasi Pertanian dan Pangan
Sedunia.1984.Pedoman Pengawasan Kualitas Makanan. Roma : Badan
Organisasi Pertanian dan Pangan Sedunia.
·
Bintariadi,Bibin.2010.Pertumbuhan
Produksi Susu Masih Rendah.Tempo.Diunduh tanggal 24 November 2010
dari http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/06/0601.htm.
·
Hadiwiyoto, S., 1994.Pengujian Mutu
Susu dan Hasil Olahannya.Liberty:Yogyakarta.
·
Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV III No. 1Mei
2015
Komentar
Posting Komentar